Manthous, Father of Campursari Golden Age Waktu itu
Lingkungan Pedesaan akhir 90'an ke - 2000 Menjadi masa tumbuh kembang saya, dimana segala elemen yang ada disekitar membentuk saya Jadi seperti sekarang ini. Musik, yang saya dengar dahulu pun juga sedikit banyak mempengaruhi gaya bermusik saya sekarang.
Seingat saya Waktu itu, kelas 4 SD saya mengenal Musisi-Musisi Campursari hebat seperti Alm. Pakdhe Manthous, Ibu Anik Sunyahni, Bu Nurhana, Pakde Didi Kempot, Alm. Pakde Mamik, Pakdhe senthot selino, Alm. Pakdhe Basuki, Bude Nunung, pakdhe Boy Suro, dll .
Saya rasa waktu itu bagaikan Golden Age of Campursari (Versi saya) yang entah bisa terulang Lagi atau tidak. Memang waktu itu saya belum mengerti betul soal jargon-jargon apresiasi, Hak Cipta atau sebangsanya dan Waktu itu saya mengenal Beliau-Beliau Dari VCD bajakan yang dibeli bapak dan alm. kakak saya.
Sering dengar Juga musik Campursari waktu itu lewat kakak keponakan saya yang dulu hobi memutar musik dengan volume kencang (Kakak keponakan saya dulu belinya Kaset pita Yang Original dan dia Hobi merakit Amplifier).
Dan tidak lupa juga media propaganda Campursari paling universal pada jaman itu, RADIO. Saya Tinggal di Provinsi Yogyakarta di Ujung Timur, berbatasan dengan Wonogiri Jawa Tengah dan sebelah utara dengan Sukoharjo Jawa Tengah sehingga frekuensi Radio yang tertangkap di daerah saya tidak lain seperti JPI FM Solo, Suara Slenk FM, SAS FM, dll yang banyak memutar lagu-lagu campursari.
Memang, sekarang masih ada itu Musik Campursari cuma mungkin yang saya rasa "Hype" nya tidak seperti dulu, entah karena saya yang telah banyak terpapar segala macam genre lagu sehingga referensi musik saya jadi campur aduk atau memang Campursari sudah menurun Kualitasnya, saya tidak mau menjustifikasi karena itu hal yang relatif dan tidak dapat disamaratakan karena masing-masing Individu pun juga berbeda cara menerima dan menikmatinya.
Kembali lagi Kepada penyanyi-penyanyi Campursari yang saya sebutkan di Awal, dari sekian jumlah penyanyi campursari sudah ada beberapa yang Wafat, ada yang vakum tidak terdengar lagi, bahkan ada yang masih eksis sampai detik ini.
Sebut saja Alm. Pakdhe Manthous yang telah wafat mendahului kita semua, Beliau penyanyi langgam campursari yang Iconic dan Khas karakter vokalnya. Sekali beliau bersuara, auto tertebak. karakter vokal beliau sangat kuat , berat, serak, tapi note yang beliau nyanyikan selalu presisi (Mungkin kalau di "Jaman Now" istilahnya Pitch perfect) dan yang gak kalah "Nggegirisi" itu powernya (itu penilaian saya jangan dianggap acuan baku ya? saya cuma penikmat musik dari dusun yang belum begitu "Permono" dalam musik. hehe) .
Buat saya, Beliau adalah Sultan Pro nya Campursari di masa itu, mungkin sebelumnya Sudah ada Yang seperti itu tapi saya belum observasi juga ding. hehehe... Yang pasti, sepengetahuan saya Beliau dapat menyatukan Musik Tradisional dengan Musik Modern dengan porsi yang tepat. Lifetime Legend, Hormat!
Lagu Beliau yang paling Saya suka adalah Esemmu, suka Juga 2 lagu beliau yang bakalan Evergreen itu Yen Ing Tawang sama Nyidam Sari. Itu kan Yang melankolis, Yang ceria juga ada loh seperti "Mbah Dukun", "Pak Rebo", "Rondo Kempling", "Thiwul Gunungkidul", "Ojo digondeli" dll seandainya anda sekalian masih ingat.
Setelah Beliau wafat, nampaknya belum ada lagi penyanyi Langgam campursari pria yang meneruskan semangat beliau. Dulu saya kira Mas Dimas Tedjo bakalan meneruskan Musik langgam campursari ala Pakdhe Manthous, tapi ternyata tidak.
Eh, mungkin juga Mas Tedjo Meneruskan Langgam Campursari, cuma mungkin karena tidak terpantau radar saya atau karyanya kalah Hype sama Dangdut pantura (Mas Tedjo pernah ikut juga kan Bintang Pantura?) dan tidak bisa dipungkiri juga Mas Tedjo perlu bertahan Hidup, sehingga Genre gimanapun apapun yang penting Jadi duit dan bisa untuk hidup sehari - hari mah Gassss Aja.
Overall, Lagu Mas Tedjo Yang "Stasiun Tugu" itu sumpah kena banget dan saya Respect dengan Itu. tapi ya itu tadi, Diatas Mas Tedjo Masih ada Pakdhe Manthous. hhehehehe...
0 Response to "Manthous, Father of Campursari Golden Age Waktu itu"
Post a Comment